Contoh Makalah Model Pembelajaran STAD


 




MAKALAH
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia mengalami pergantian beberapa kurikulum. Kurikulum yang saat ini dianut Indonesia adalah KTSP atau yang lebih dikenal dengan kurikulum berbasis kompetensi. Perubahan kurikulum KBK (kurikulum berbasis kompetensi) menjadi KTSP adalah salah satu inovasi dalam bidang pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh. Peningkatan kualitas ini dapat dilihat dari bentuk penguasaan kompetensi sebagai target dan indikator keberhasilan belajar siswa di sekolah. Namun, dengan penerapan KTSP pada tahun pelajaran 2006/2007 banyak sekolah yang belum siap untuk mengimplementasikan KTSP.
            Salah satu karakteristik KTSP yang mempunyai ciri-ciri proses pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi serta sumber belajar tidak terbatas pada guru tetapi dapat dilengkapi dengan berbagai sumber lain yang relevan, menuntut setiap guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam pelaksanaan pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang bervariatif dapat menunjang keberhasilan belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud model pembelajaran kooperatif tipe STAD?
2.      Bagaimana langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?
3.      Bagaimana cara meningkatkan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2.      Untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3.      Untuk mengetahui cara meningkatkan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.


BAB II
PEMBAHASAN

            Dewasa ini dunia pendidikan dituntut untuk bisa melakukan pembaharuan. Upaya pembaharuan di bidang pendidikan pada dasarnya diarahkan pada usaha antara lain: penguasaan materi, media dan model pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran diarahkan pada peningkatan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sehingga proses belajar mengajar berlangsung secara optimal antara guru dan siswa (Aceng Haetami dan Supriadi: 2008).
            Beberapa faktor yang dipandang sebagai penyebab masalah adalah: (1) Metode pembelajaran yang digunakan guru sering monoton. Metode ceramah merupakan metode yang secara konsisten digunakan oleh guru dengan urutan menjelaskan, memberi contoh, latihan dan pekerjaan rumah. Tidak ada variasi metode pembelajaran guru berdasarkan karakteristik materi yang diajarkannya, (2) Guru jarang sekali memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan teman-temannya atau dengan guru dalam upaya mengembangkan pemahaman konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang penting. (3) Pengajaran yang dilakukan oleh guru lebih menekankan pada manipulasi matematis, mereka mulai dengan definisi konsep, kemudian menyatakannya dengan matematis. (4) Guru tidak memahami metode penyelesaian soal-soal secara sistematis. Guru hanya melihat hasil akhir dari soal-soal yang dikerjakan para siswa. (5) Guru lebih tertarik pada jawaban siswa yang benar tanpa menganalisis kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dan prosedur penyelesaiannya.
            Disamping faktor-faktor di atas, strategi pembelajaran maupun model pembelajaran yang digunakan oleh guru menentukan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru harus pandai memilih strategi pembelajaran yang dapat melibatkan seluruh komponen yang ada secara optimal sehingga siswa dapat belajar secara aktif.
            Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa keadaan siswa di sekolah-sekolah pada umumnya adalah heterogen. Maksudnya heterogen adalah heterogen dalam hal jenis kelamin, agama, tingkat social ekonomi, kemampuan akademik dan suku. Kenyataan yang lain adalah diperlukannya kehidupan yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Sikap saling kerjasama (kooperatif) diperlukan untuk bekal siswa kelak jika mereka terjun di masyarakat. Untuk membentuk jiwa kooperatif dalam diri siswa, perlu adanya latihan untuk para siswa dalam bidang sikap-sikap social dalam masyarakat, seperti sikap saling menghargai pendapat orang lain, mampu mengungkapkan pendapat atau gagasan dengan cara baik, mau menjelaskan sesuatu kepada orang lain yang belum memahami, dan lain sebagainya.
            Menurut uraian di atas perlu diciptakannya lingkungan belajar kelompok yang heterogen, dimana satu kelompok memiliki kemampuan yang merata (ada yang pandai dan ada juga yang bodoh atau sedang), laki-laki, perempuan. Kelompok belajar seperti inilah yang menurut Slavin sebagai model pembelajaran yang kooperatif. Dalam Slavin (2010:8) dijelaskan bahwa dalam metode pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Kelompok tersebut memiliki anggota dengan kemampuan yang berbeda serta menekankan kerjasama dan tanggung jawab kelompok dalam mencapai tujuan yang sama.
Istilah pembelajaran kooperatif berasal dari bahasa Inggris yaitu “Cooperative Learning”. Dalam sebuah kamus Inggris-Indonesia, cooperative berarti kerjasa dan Learning berarti pengetahuan atau pelajaran (Hassan S & Echols J.M, 1987:67, dalam Ruhadi:2008). Karena berhubungan dengan proses belajar mengajar, maka istilah Cooperative Learning tersebut diartikan dengan pembelajaran kooperatif.
Salah satu model pembelajaran yang sering digunakan dan banyak diteliti adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions). Dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk saling kerjasama, saling ketergantungan, aktif antar sesama dalam satu kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan yang telah ditetapkan sebelumnya (Ruhadi:2008).
Menurut Linda Lungdren (1994:5) dalam Ruhadi (2008) menyatakan bahwa unsur-  unsur dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a.       Kepemimpinan bersama
b.      Saling ketergantungan positif.
c.       Ketergantungan yang heterogen.
d.      Pengajar mempelajari keterampilan kooperatif.
e.       Tanggung jawab terhadap hasil belajar seluruh anggota kelompok.
f.       Menekankan pada tugas dan hubungan kooperatif.
g.      Didukung oleh guru
h.      Satu hasil kelompok
i.        Evaluasi kelompok
Sedangkan STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupak model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif (Slavin, 2010:143). Menurut Slavin (2010:143), STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim.
a.       Persiapan
Persiapan dalam pembelajaran ini meliputi persiapan materi, penetapan siswa dalam kelompok (berdasarkan jenis kelamin, rangking, dan sebagainya), menentukan skor awal, dan menyiapkan siswa untuk bekerja kooperatif dengan memperkenalkan keterampilan kooperatif yang akan digunakan (Ruhadi:2008).
b.      Urutan kegiatan
Urutan kegiatannya adalah sebagai berikut:
1.      Presentasi Kelas
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar member perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.


2.      Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal menilai kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.
Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.
3.      Kuis
Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.
4.      Skor Kemajuan Individual
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.
5.      Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.
Menurut Slavin (2010:160) terdapat tiga macam tingkatan penghargaan diberikan di sini. Ketiganya didasarkan pada rata-rata skor tim, sebagai berikut:
a.       Kriteria (Rata-rata Tim) 15, maka penghargaan TIM BAIK.
b.      Kriteria (Rata-rata Tim) 16, maka penghargaan TIM SANGAT BAIK.
c.       Kriteria (Rata-rata Tim) 17, maka penghargaan TIM SUPER.
Pemberian penghargaan ini dapat diubah sesuai kehendak kita.
Kriteria lain yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
a.       Jika rata-rata nilai perkembangan dalam kelompok 15-19, maka kelompok tersebut disebut dengan kelompok baik.
b.      Jika rata-rata nilai perkembangan dalam kelompok 20-24, maka kelompok tersebut disebut dengan kelompok terbaik.
c.       Jika rata-rata nilai perkembangan dalam kelompok lebih besar atau sama dengan 25, maka kelompok tersebut disebut dengan kelompok super.
Inti kegiatan dalam STAD adalah sebagai berikut:
a.       Mengajar : guru mempresentasikan materi pelajaran.
b.      Belajar dan Tim: peserta didik belajar melalui kegiatan kerja dalam tim atau kelompok untuk menuntaskan materi pelajaran.
c.       Pemberian Kuis: peserta didik mengerjakan kuis secara individual dan peserta didik tidak boleh bekerjasama.
d.      Penghargaan: pemberian penghargaan kepada peserta didik yang berprestasi dan tim atau kelompok yang memperoleh skor tertinggi salam kuis (Suyitno,2006:8)
Adapun langkah-langkah STAD (Slavin:2005) adalah sebagai berikut:
1.    Membentuk kelompok yang anggotnya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain)
2.    Guru menyajikan pelajaran
3.    Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok
4.    Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab kuis tidak bisa saling membantu
5.    Memberi evaluasi
6.    Kesimpulan
Carin (1993:63) menyatakan bahwa: Cooperative Learning has theses is face-to-face interaction among students, students are responsible for their own learning as will as for the of their teammates, teachers helps students develop interact with the group skills, and teachers interact with the groups as needed.
     Kutipan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai keistimewaan-keistimewaan, yaitu setiap anggota kelompok diberi tugas, adanya interaksi langsung antar siswa, siswa dilarang belajar untuk dirinya sendiri dan teman satu kelompok, guru membantu siswa mengembangkan keterampilan seseorang dalam kelompok kecil, dan guru berinteraksi dengan siswa jika diperlukan.
     Selanjutnya menurut Ruhadi (2008), pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa keunggulan, antara lain sebagai berikut:
a.       Semua anggota kelompok wajib mendapat tugas
b.      Ada interaksi langsung antar siswa dengan siswa dan siswa dengan guru
c.       Siswa dilatih untuk mengembangkan keterampilan sosial
d.      Mendorong siswa untuk menghargai pendapat orang lain
e.       Dapat meningkatkan kemampuan akademik siswa
f.       Melatih siswa untuk berani bicara di depan kelas
Sedangkan kelemahan-kelemahan pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut:
a.       Jika ditinjau dari sarana kelas, maka untuk membentuk kelompok kesulitan mengatur dan mengangkat tempat duduk. Hal ini karena tempat duduk yang terlalu berat.
b.      Karena rata-rata jumlah siswa di dalam kelas adalah 45 orang, maka guru kurang maksimal dalam mengamati belajar kelompok secara bergantian.
c.       Guru dituntut bekerja cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan pembelajaran yang telah dilakukan, antara lain koreksi pekerjaan siswa, menentukan perubahan kelompok belajar.
d.      Memerlukan waktu dan biaya yang banyak untuk mempersiapkan dan kemudian melaksanakan pembelajaran kooperatif tersebut.
e.       Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk peserta didik sehingga sulit mencapai target kurikulum.
f.       Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.
g.      Menuntut sifat tertentu dari peserta didik, misalnya sifat suka bekerja sama.
Hasil-hasil penelitian terdahulu tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:
1)               Slavin (1978b) menemukan bahwa STAD meningkatkan perasaan siswa bahwa hasil yang mereka keluarkan tergantung pada kinerja dan bukannya pada keberuntungan. Para siswa dalam STAD menunjukkan motivasi yang lebih besar dibandingkan dengan siswa-siswa kelompok control.
2)               Salah satu kajian mengenai STAD (Madden dan Slavin, 1983a) telah dilakukan di dalam kelas yang memberlakukan mainstreaming. Dalam kajian ini, siswa-siswa yang cacat secara akademik menerima penolakan yang lebih sedikit di dalam kelompok-kelompok STAD dibandingkan dengan kelompok control.
3)               Rosye (1998:14) dalam penelitiannya tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran Biologi SMA hasilnya menunjukkan kriteria tinggi pada tugas-tugas pembelajaran yang mengukur produk dan dapat mengembangkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat mengembangkan kooperatif siswa.
4)               Azizah (1998:22) dari hasil penelitiannya terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran kimia SMA menunjukkan bahwa aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran dapat meningkatkan demikian juga dengan hasil belajarnya.
5)               Watson, Scott B (1993:87) dalam penelitiannya membandingkan tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dan pembelajaran tradisional dengan menggunakan modul (GEM) terhadap efek-efek kognitif siswa SMA bidang Biologi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal kemampuan kognitif siswa yang belajar dengan modul dikombinasikan dengan teknik-teknik kooperatif.
6)               Sherman, Lawrence W (1989:78) melakukan penelitian dengan membandingkan pembelajaran kerja kelompok tradisional, kooperatif STAD, dan pembelajaran kompetitif individual seluruh kelas biologi SMA. Hasil temuannya dilaporkan bahwa (1) pembelajaran kerja kelompok tradisional dan kooperatif STAD mempunyai efek yang sama terhadap prestasi akademik siswa, (2) kedua metode pembelajaran tersebut lebih efektif dari pada berhipotesis.
7)               Harjono (2009) melakukan penelitian tindakan kelas dengan penerapan model pembelajaran kooperatif STAD dengan 4 tahap utama yaitu: penyajian materi oleh guru, siswa belajar didalam tim yang terdiri 4-5 siswa, pemberian kuis dan penghargaan tim berdasarkan tim berdasarkan hasil penilaian kuis. Penelitian yang berhasil dilaksanakan selama 3 (tiga) siklus menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD. Berdasarkan hasil penelitian yang berupa data observasi dan pencapaian nilai/skor kuis siswa dapat dilihat bahwa model pembelajaran ini mampu meningkatkan kualitas pembelajaran kimia yang ebrmuara pada peningkatan kompetensi siswa.


BAB III
PENUTUP

            Model pembelajaran kooperatif tipe STAD jika diterapkan dengan baik dan benar sesuai dengan langkah-langkah yang ada, dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa. Dengan meningkatnya kualitas pembelajaran siswa maka hasil belajar siswa pun meningkatkan. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat diterapkan pada mata pelajaran apapun dan dapat disesuaikan dengan kurikulum yang sedang berlaku. Kelebihan tipe STAD diharapkan dapat menutupi kekurangan tipe STAD itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Harjono. 2010. Meningkatkan Kompetensi Siswa dalam Pembelajaran Kimia Melalui Pembelajaran Kooperatif STAD. Jurnal Penelitian pendidikan: Volume 27 nomor 1 Tahun 2010.
Ruhadi. 2008. Model Pembelajaran Tipe “STAD” Salah satu Alternatif dalam Mengajarkan Sains IPA yang Menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Sept. 2008, Volume 6 Nomor 1.
Subratha. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif dan Strategi Pemecahan Masalah untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Sukasada. Jurnal Penelitian dan Pengembangan, JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha.
Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning. Diterjemahkan oleh: Narulita Yusron. Bandung: Penerbit Nusa Media.