Senin, 18 April 2011

Diary

-->
Kamis, 10 maret 2011 (pukul 21:36)
Bayangan kenyamanan dan kehangatan dalam keluarga sudah dipelupuk mata. Tahu kenapa teman? Besok aku pulang kerumah setelah 2 minggu aku hidup di kost-kost-an. Itupun jika aku benar2 akan ijin untuk tidak ikut satupun acara yang akan digelar selama week end ini. Tapi aku pun sudah benar-benar tidak peduli, tekadku sudah bulat: PULANG!!!!
Oh ya, rasanya baru 2 minggu aku mulai kuliah dan tidur di kost, tapi kok hampir tiap malam mataku berkaca-kaca dan tak jarang harus tumpah begitu saja tanpa ada alasan yang jelas. Padahal aku sudah hampir 2 tahun hidup sebagai anak kost dan sepertinya sifat cengengku tetap saja betah hinggap padaku tanpa kenal waktu dan situasi.

2 minggu lalu
Aku Cuma termenung sendiri sambil sesenggukan nangis sendiri dikamar. Rasanya berat untuk memulai nge-kost setelah begitu lama liburan dirumah. Suasana rumah yang begitu hangat dan penuh kasih sayang tak kujumpai disini. Aku dapat jatah dikamar sendirian. Sudah kucoba untuk memejamkan mata, tapi tetap saja sulit. Akhirnya aku Cuma bisa nangis aja. (cengeeeeng…..)
Malam jum’at (nyambung yang pertama)
Malam ini seharusnya aku belajar buat kuliah besok. Namun keadaan berbicara lain. Aku harus mengeluarkan air mata yang sudah tak kuasa lagi ku bendung. Entah atas alasan apa sampai aku begitu cengeng akhir-akhir ini. Aku Cuma termenung dengan air mata yang terus mengalir. Sudah pukul 21:50, kekhawatiran muncul jika besok mataku harus bengkak gara-gara nangis. Aku harus sabar walau harus tidur di kamar yang gelap, gara-gara lampu di kamarku rusak dan belum ada penanganan dari pihak kost. Aku juga harus menguatkan diri agar tidak cerita dengan orang tuaku dirumah. Aku gag mau mereka jadi sedih dan khawatir kalau aku cerita sambil nangis. Ibuku, yang sudah merasakan betapa susahnya hidup di kost begitu mengkhawatirkan aku jikalau saja aku tidak kerasan dengan kostku. Sedang ayahku sangat sayang padaku, jika aku tidak pulang pasti beliau telpon ataupun sms sekedar untuk menanyakan kabarku, kenapa aku gag pulang bahkan makan dengan lauk apa aku hari itu. Rasanya tangisku ingin pecah waktu ayahku menanyakan hal itu. Selama ini aku bahkan tak pernah kepikiran, keluargaku makan apa hari ini, bagaimana keadaan keluargaku. Aku terlalu sibuk dengan urusanku sendiri. Air mataku mengalir lagi…..
Di kamar lain masih terdengar suara penghuni kost lain yang masih belajar, beda sekali dengan keadaanku yang saat ini hanya terpekur menatap layar notebook sambil terus nangis. Dasar anak tidak berguna, orang tua sudah susah-susah cari duit untuk kuliahku, aku hanya menghabiskan waktu untuk menangis. Teringat pesan ayahku sebelum aku berangkat ke kost, “hati-hati ya, ning kana aja ngirit-ngirit, nek lesu (laper) teko maem wae. Tapi yo aja boros-boros ya bapak gek ra duwe duit”. Rasanya tangisku ingin pecah saja saat itu. Betapa tidak, ayahku harus kerja keras tiap hari di sawah untuk kuliahku, ibuku harus mengajar tiap hari demi aku dan adik-adikku. Tapi aku merasa sangat berdosa lantaran aku belum bisa membanggakan orang tuaku. Dari dulu sampai sekarang aku masih pelajar yang nihil prestasi. Jadi anak yang patuh saja pun rasanya tidak, aku sering membantah apa yang mereka utarakan. Ya Allah, sebegitu burukkah diriku, apakah aku masih pantas mendapat kasih saying mereka? AKU INGIN BERUBAH!!!! HARUS!!! Setidaknya aku harus serius kuliah, berbakti pada orang tua, lulus dengan nilai memuaskan sehingga dapat cepat-cepat bekerja dan bisa membiayai orang tuaku pergi naik haji. Amiiiiinnnnn ya Allah, semoga Engkau mendengar permintaan dan doaku, karena Engkau Maha Pendengar, dan mengabulkannya. Aminn ya Robbal ‘alamin….
22:10
Mataku sudah mulai pedas, sebaiknya segera kuakhiri saja catatan hari ini…. Besok sambung lagi ya. Bismikallahumma ahya wa bismika amut.
Rabu, 16 Maret 2011
Pagi ini terpaksa aku mengawali hariku dengan perasaan sebal, hati yang dongkol dan rasa sedih yang terus saja bergelanyut di hati. Hal ini berawal dari saat aku mendengar percakapan beberapa teman kos di sepan kamarku. Kurang lebih percakapannya sebagai berikut:
eh, temenku to masak umur 20 tahun punya adik lagi. Gimana ya rasanya udah gedhe punya adik? Oya temen mbakku juga 25 tahun punya adik. Eh, Rully kan juga kaya gitu, mirip kasus yang pertama. Gimana ya rasanya?”
Rasanya sakit banget, mungkin berlebihan banget ya rasa sensitifku. Tapi, memang kok, segala sesuatu yang mengingatkan aku pada orang tuaku membuatku sedih. Apalagi hal itu, saat aku punya adik lagi. Aku yakin 100% bahwa orang ngira kalau aku bakal MALU atau bahkan MARAH karena punya adik lagi. Tapi itu SALAH. Justru tiap hari aku selalu dihinggapi rasa takut dan was-was akan keadaan ibuku waktu itu. Ingin rasanya aku menjawab semua percakapan tadi. Tahukah mereka bahwa tiap hari aku khawatir akan kesehatan ibuku yang melemah? Tahukah mereka bahwa aku sangat takut akan kehilangan ibuku jika beliau melahirkan kelak? Tahukah mereka bahwa tiap hari aku berdoa supaya ibu dan calon adikku selalu diberi kesehatan itu? Tahukah mereka tentang semua yang kurasa????? Tentu saja TIDAK!!! Karena mereka belum pernah merasakan dan mereka Cuma bisa memandang dari segi yang lain. Bahwa malu rasanya punya adik lagi jika kita udah gedhe.
Seusai mendengar percakapan mereka, sontak saja air mataku mengalir. Aku teringat betapa beratnya perjuangan ibuku saat mengandung adikku yang terakhir ini. Tiap hari harus menahan rasa panas yang mendera siang malam, rasa capek setelah sehari mengajar, stress mengurus pembangunan gedung sekolah yang mengalami banyak kendala. Sampai-sampai ibuku kurus. Pedih rasanya hati ini. Tak tega rasanya saat aku harus berangkat ke Semarang dan meninggalkan ibuku dalam keadaan kepayahan dan sendiri mengurus rumah tangga. Air mataku mengalir mengiri keberangkatanku ke Semarang, pagi tadi, bahkan sekarang saat ku menulis cerita ini. Mungkin kebanyakan orang mengira aku yang terlalu sensitive dan serius menanggapi obrolan itu. Tapi sungguh, aku lebih suka orang membicarakan kejelekanku daripada hal lain yang menyangkut orang tuaku. Sakit sekali rasanya.
Aku jadi teringat saat pertama kali ibuku memberitahu bahwa beliau hamil. Saat itu ibuku sms, bilang gini “Rul, kamu bakal punya adik lagi. Kamu tidak marah kan?”. Ya Allah, sebegitu takut dan khawatirnya kah ibuku? Takut dan khawatir aku akan marah dan tidak menerima kehadiran adikku seperti kebanyakan tetanggaku lakukan saat mereka mendapatkan hal sama denganku, udah gedhe tapi masih punya adik lagi. Aku nangis saat membaca sms ibuku. Saat itu ku balas smsnya “mboten kok, muga mawon ibu diparingi sehat” ibuku membalas,” oh, yo syukur nek Rully ra nesu”. Ya Allah, maafkanlah aku yang telah membuat ibuku takut dan khawatir aku akan marah…
Baru juga nulis satu halaman, dadaku sudah terasa sesak. Sepertinya sudah begitu banyak air mataku yang mengalir. Mataku pun sudah mulai pedas.
Ku titipkan doa lewat tulisan ini “Ya Allah, jadikanlah aku anak yang sholihah, berbakti kepada orang tua dan berguna. Ampunilah segala dosa-dosaku, dosa orang tuaku. Sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil. Panjangkanlah umur mereka, berikanlah kesehatan pada mereka, berikanlah mereka rizqi yang barokah, berikanlah kami keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, berikanlah aku kesempatan dan kemampuan untuk membantu orang tuaku membiayai adik-adikku dan memberangkatkan mereka naik haji. Aku tahu Engkau Maha Mendengar dan mengabulkan setiap doa hambanya, maka kabulkanlah doaku Ya Allah. Amin Ya robbal Alamin……

Tidak ada komentar:

Posting Komentar